Tampilkan postingan dengan label Entrepreneurship. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Entrepreneurship. Tampilkan semua postingan

22 Januari 2009

5 Strategi Menjadi Orang Sukses

Hampir setiap orang memiliki keinginan untuk sukses. Namun seringkali sikap mental yang negatif menghalanginya. Lalu bagimana cara menghadapi hal itu ? Resepnya sederhana, hanya menjalankan 5 strategi di bawah ini.

Saya seringkali melihat orang yang mempunyai sikap mental yang sangat negatif. Setiap kali berbicara dengan dia, selalu berkata, "Wah saya tidak bisa." "Ah tidak mungkin saya lakukan." "Saya pasti tidak mampu". Dan kalau ditanya kenapa hal itu sampai gagal ? Dia selalu berkilah," Wah pekerjaannya kurang menyenangkan." "Ordernya terlalu sulit" dan lain-lain.

Maka untuk mengubah orang-orang gagal menjadi orang-orang sukses, ada 5 strategi yang perlu dijalankan:

Hambatan Terbesar Sukses Kita

Pernah ada sebuah seminar yang cukup menarik sekaligus mengharukan. Di depan kelas tampak pembicara. Di dekatnya ada sebuah balok besi yang cukup panjang. Ukurannya sekitar 20 cm x 20 meter. Jadi cukup lebar kalau digunakan untuk berjalan. Saya rasa semua orang bisa berjalan dengan mudah, bahkan bagi sebagian orang bisa berlari di atasnya.

Lalu pembicara menawarkan audiennya untuk menjadi sukarelawan. Ada hadiah sebesar USD 20. Karena takut dikerjai, semuanya hanya menoleh kanan kiri. Namun seorang wanita yang cukup berumur memberanikan diri maju ke depan.


Oleh pembicara ternyata wanita itu hanya disuruh berjalan di atas balok itu dari ujung ke ujung lain. Dan langsung saja wanita itu berjalan setengah berlari. Sambil tertawa dia mengambil uangnya dari pembicara.

Namun ketika wanita itu mau turun, dia ditahan

Pura-pura Itu Sesuatu Yang Perlu

Pura-pura adalah cara untuk membangun
kualitas pribadi yang lebih dewasa,
yang lebih tinggi kelasnya,
karena orang-orang yang berada pada kelas di bawah
tidak memiliki kualitas-kualitas untuk ditampilkan
pada pergaulan kelas diatasnya

Berpura-pura itu tidak negatif
karena berpura-pura adalah cara membayar di muka
sesuatu kedewasaan yang belum kita miliki.

Berpura-pura untuk tidak takut, tidak nervous
tampil di lingkungan yang lebih senior-
bukan sebuah dosa, bukan sebuah penipuan
tetapi upaya penyelamatan diri,
sehingga kita bisa tampil dalam kedewasaan yang belum kita miliki

Pura-pura itu sesuatu yang perlu
dan mohon dibedakan dari kepalsuan

11 Januari 2009

The Power of "Kepepet"

Kita sebagai manusia selalu menginginkan banyak pilihan terhadap sesuatu. Misalkan anak anda lulus SMA, lalu melamar di 3 universitas. Universitas pertama menerima dan meminta membayar uang pangkal. "Kita bayar dulu sedikit. Tidak apa-apa, nanti kalau diterima yang lain, kita tidak usah melunasinya. Tidak apa rugi 2 juta," begitu kata anda.

Ternyata di universitas kedua, anak anda diterima. Anda melakukan hal yang sama seperti waktu diterima oleh universitas pertama. Sedangkan di universitas ketiga yang kita dambakan malah belum keluar pengumumannya.

Ya, kita selalu bimbang. Karenanya kita selalu mencoba untuk memiliki banyak pilihan. Sudah diterima kerja di tempat A, kita masih melamar pekerjaan di tempat B dan C. "Siapa tahu nanti tidak cocok, kita bisa pindah ke B atau ke C," begitu pikir kita.

Hal inilah menjadikan kita tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu karena banyaknya pilihan, banyaknya pintu yang terbuka dalam kehidupan kita. Kita lalu mempertahankan pintu-pintu itu supaya pilihan tersebut tetap terbuka. Sehingga kita siap untuk melompat ke pintu yang lain kalau 'kepepet' atau terjepit.

The power of kepepet, terjepit dalam suatu sudut yang kita tidak bisa kemana-mana, memaksa kita untuk melakukan satu pilihan. Karena memang tidak ada pilihan lain.

06 Januari 2009

Saat Kita Kehilangan Percaya Diri

Saat kita kehilangan percaya diri, bagaimana mengobatinya?. Jawabannya sederhana. Bagaimana caranya supaya percaya diri? Jawabannya percayalah pada diri. Bagaimana caranya --sebetulnya jawabannya mudah-- yang sulit adalah melaksanakannya.



Percaya pada diri membutuhkan peningkatan kepercayaan pada diri. Membutuhkan bukan pada kepercayaannya tetapi pada hal-hal yang dia butuhkan untuk percaya. Apabila yang ingin dicapainya besar maka dia harus meningkatkan atau memperbaiki kemampuannya karena kemampuan itu dibutuhkan untuk mencapai yang besar.

Apabila dia tahu kemampuannya terbatas maka dia harus memperoleh bantuan dari orang-orang yang akan mengangkatnya. Karena tidak ada orang yang secara sendiri menghasilkan sesuatu yang mengagumkan.

Apabila dia sudah mempunyai kemampuan, sudah mempunyai orang-orang yang mendukungnya, maka dia harus memastikan berada pada tempat, pada saat dia bisa bekerja, dilihat orang dan dibantu orang.

Percaya diri mungkin tidak penting, tetapi yang lebih penting adalah melakukan hal-hal yang memperbaiki rasa percaya diri itu. Pada saat kita memperbaiki hal-hal yang mengurangi rasa percaya diri, tanpa sadar kita menjadi orang yang lebih baik padahal sedang merasa "tidak percaya diri".

(Mario Teguh STAR POINT)

The CORE of Entrepreneurship

Inti dari Entrepreneurship

Di sini kita akan bercerita tentang The CORE of Entrepreneurship, atau kalau mau dibicarakan secara lebih sederhana adalah langkah-langkah untuk seseorang bisa menjadi seorang entrepreneur yang baik. Kira-kira langkahnya itu apa saja. di sini akan dicoba dijabarkan langkah-langkah apa saja yang diperlukan oleh seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur yang baik.


The CORE atau C-O-R-E itu apa sih artinya? The CORE itu singkatan, yakni singkatan dari :
1. Curiosity
Curiosity adalah rasa keingin tahuan. jadi seseorang itu sebelum menjadai entrepreneur yang baik, dia harus punya atau memiliki rasa keingin tahuan. Atau kalau dalam karakter seseorang dia harus disebut menjadi explorer seorang penjelajah.
jadi, pertama sebelum Anda menjadi atau membuka sebuah bisnis yang baru, Anda harus menjadi seorang explorer. Anda harus memiliki curiosity, rasa keingin tahuan akan segala hal. "Apa yang harus saya lakukan agar bisnis saya ini sukses?" Ini adalah sifat explorer atau penjelajah.

2. Openness
Openess atau keterbukaan. Pada fase kedua, Anda harus mempunyai keterbukaan untuk bisa berfikir dengan tanpa melakukan pretensi atau mencurigai sesuatu. Sebelum kita memulai berbisnis kita harus berfikir secara terbuka. kalau dulu orang tidak percaya kalau air bisa dijual, sekarang tidak apa-apalah. Coba Anda bayangkan,"Kalau air dijual dalam kemasan botol itu jadi apa?". Nah, ini adalah keterbukaan

3. Risk
Risk adalah resiko. Anda harus berani mengambil resiko. Di sini Anda digambarkan sebagai seorang judge atau hakim. Hakim yang memutuskan, "Apakah saya mau berbisnis ini atau tidak?". Anda harus berani memutuskan bahwa Anda mau berbisnis ini atau Anda tidak mau berbisnis ini. Di sini kemampuan Anda menjadi judge atau hakim dipentingkan.

4. Energy
Energy ini adalah kemampuan, kekuatan atau energi. Setelah Anda melakukan penjelajahan (explorer), berfikir terbuka (openness), memutuskan sebuah bisnis (judge), maka Anda harus menjadi warrior (pejuang)dengan energi level yang tinggi sekali untuk mencoba mencapai sukses dalam entrepreneur tersebut.

Jadi kita ulang keempat hal tersebut :
1. Yang pertama Anda harus mempunyai C (curiosity / rasa ingin tahu);
2. Yang kedua Anda harus mempunyai O (openness atau keterbukaan fikiran);
3. Yang ketiga Anda harus bisa melakukan R (risk taking atau berani mengambil resiko); dan
4. Yang keempat Anda harus mempunyai E (energy atau kemampuan) yang tinggi sekali.

Kesimpulannya, CORE daripada entrepreneurship adalah Curiosity, Openness, Risk, dan Energy.
Sedangkan fase-fase yang harus dijalani adalah:
1. Anda harus menjadi
seorang explorer (pencari tahu);
2. Anda harus menjadi seorang artist yang mempunyai keterbukaan berfikir;
3. Anda harus menjadi 
seorang judge yang berani untuk mengambil keputusan; dan
4. Anda harus menjadi seorang warrior atau pejuang yang tangguh.

Demikian artikel kali ini yang saya ambil dari "Business Wisdom Tanadi Santoso" di PAS FM 92.4
Jakarta.

31 Desember 2008

KEJUJURAN


Ibu saya pernah bercerita tentang Li Ka Sing. Li Ka Sing adalah taipan top Hongkong, salah satu orang terkaya di Asia. Nah beliau ini awalnya berbisnis pabrik plastik. Awalnya bisnisnya lancar. Namun kemudian memburuk, jadi memburuk dan lalu hampir bangkrut. Performance pabriknya jelek, karena kualitasnya memang kurang baik.

Melihat hal itu ibunya Li Ka Sing memanggil anaknya dan mulailah dia bercerita. Jaman dulu di Cina ada seorang pengusaha yang kaya raya. Dia memiliki 2 anak. Dia bingung menentukan siapa yang akan menentukan bisnisnya. Maka, dia mengambil 2 bakul (tempat beras) dan memanggil kedua anaknya. "Nak, masing-masing saya beri 1 bakul padi dan pergilah ke desa masing-masing. Tanamlah padi itu. Ini adalah padi wasiat kami. Setahun dari sekarang, bawalah hasilnya ke sini. Siapa yang membawa hasil yang lebih banyak nanti akan saya beri hadiah," kata sang ayah.

Kembalilah kedua anak itu ke desanya masing-masing. Jaman dulu tidak terlalu canggih teknologi komunikasinya. Mereka tidak berhubungan baik antar anak atau dengan orang tuanya. Setahun kemudian 2 anak ini kembali ke ayahnya. Dari kejauhan ayahnya melihat yang sulung membawa padi yang banyak sekali. Sedang yang bungsu tidak membawa padi sebijipun.

Maka sang ayah tahu bahwa anak yang tidak membawa apa-apa inilah yang jujur. Sehingga si bungsu ini tidak hanya mendapat hadiah, tapi seluruh kekayaan sang ayah diberikan semua kepadanya. Sang sulung sempat bingung, kenapa si bungsu yang mendapat hadiah padahal dia yang malah membawa padi lebih banyak.

Sang ayah menjawab, "Padi yang saya berikan dulu adalah padi yang sudah masak. Jadi tidaklah mungkin bisa ditanam dan tumbuh. Kalau kamu menjadi orang besar dan sukses, kamu harus jujur kepada dirimu sendiri, jujur kepada pelangganmu, jujur kepada siapapun."

Nah, cerita ibunya Li Ka Sing ini menjadi pelajaran bagi Li Ka Sing. Sehingga dia kemudian memperbaiki kualitas produknya. Pelajaran ini juga dibawa ke kehidupan bisnisnya dan pribadinya. Sehingga kemudian dia menjadi sukses luar biasa.

Semoga cerita ini dapat mengilhami anda untuk mau berbisnis dan selalu jujur sebaik mungkin. Sehingga anda bisa menjadi lebih sukses di masa mendatang.


 Cerita ini saya sadur dari websitenya Pak Tanadi Santoso.
 



30 Desember 2008

Apakah kesuksesan itu?




-->
Tambah Gambar
Apakah kesuksesan itu identik dengan kaya? Oh ya, pasti memang. Kesuksesan itu identik dengan kaya. Hanya yang tidak identik adalah pengertian kita tentang kaya itu.

Setiap orang mempunyai pengertian sendiri, harapan-harapannya mengenai keadaan dimana dia disebut kaya. Ada yang melihatnya kaya itu uang yang banyak, ada yang melihat kaya itu nilai yang besar pada kehidupan yang dibangunnya. Ada yang melihat pada teman yang banyak – karena mungkin itu permintaan maaf karena uangnya tidak banyak –, ada juga yang melihat anaknya yang sehat, pandai, bermoral tinggi, dan berguna bagi orang tua dan lingkungannya.

Jadi, sukses itu apabila dilihat dari misinya, apapun misinya, apabila itu tercapai, ya itulah kaya. Hanya pengertian kita tentang kekayaan itu yang tidak sama.

(Mario Teguh)